Sabtu, 26 Januari 2013

Asal usul Nama Desa Kenongomulyo

Desa Kenongomulyo adalah sebuah desa yang terletak di bagian timur kabupaten Magetan di Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan Jawa Timur. Desa ini tepatnya sekitar 4 KM dari Polres Takeran.
Menurut warga sekitar desa ini sebelumnya bernama desa Cigrok, tetapi sekitar tahun 1960 an desa ini diganti dengan nama desa Kenongomulyo. Desa ini dinamakan desa Kenongomulyo karena dahulu hampir di setiap rumah warga terdapat pohon kenanga atau dalam bahasa jawa disebut dengan wit nongo.
Nama Kenongomulyo di ambil dari bahasa jawa yaitu kenongo yang artinya pohon kenanga dan mulyo yang berarti mulya atau sejahtera,karena dahulu warga desa kenongomulyo sebagian besarnya menjual bunga kenanga yang dimilikinya untuk dijual kepada pabrik penyulingan minyak kenanga.Oleh karena itu warga desa Kenongomulyo kebutuhan hidupnya dapat tercukupi dan sejahtera dengan mengandalkan hasil penjualan dari bunga kenanga yang mereka tanam.
Demikianlah asal usul nama desa kenongomulyo yang saya peroleh dari seorang sesepuh warga desa Kenongomulyo dan dari cerita-cerita yang berkembang di masyarakat.

SMP NEGERI 1 NGUNTORONADI



SMP NEGERI 1 NGUNTORONADI Merupakan satu satunya Sekolah Lanjutan di Wilayah Kec Nguntoronadi. Dengan lokasi berada di desa Purworejo kec Nguntoronadi.Bahkan sekarang Sekolah ini Sudah punya website yang dapat di akses di seluruh Dunia cukup dengan klik www.smpn1nguntoronadi.webatu.com
Berlokasi di daerah yang agak jauh dari jalan raya kecamatan menjadikan para peserta didik lebih mudah berkonsentrasi dalam menerima pelajaran sekolah.Sebelum bernama SMP 1 Nguntoronadi sempat mangalami beberapa kali perubahan nama,bahkan sekolah ini merupakan salah satu sekolah tertua,yang sudah mulai proses belajar mengajar sekitar tahun 60an dengan ST.

Berikut Sejarah singkat SMP 1 Nguntoronadi,Berserta Nama kepal sekolah yang pernah menjabat

Berdiri STN Takeran dengan Kepala Sekolah
     a. Bimo Gumono     1968 - 1971
     b. Redjo                1971 - 1976
 
Kemudian perubahan status sekolah menjadi SMPN 1 Takeran dengan kepala sekolah
a. Roesdi Roestamadji   1976 - 1983
b. Soenarso BA            1983 - 1985
c. Soemarlan               1985 - 1990
d. Soehirsam               1990 - 1993
 
Mengalami perubahan nama menjadi SLTP N 1 Takeran pada tahun 1993 - 2003dengan kepala sekolah
a. Drs. Suwono          1993 - 1999
b. PLH. Soewarno      1999 - 2000
c. Soemirah               2000 - 2003
 
kembali berubah menjadi SMPN 1 Takeran dengan kepala sekolah
a. Sri Susilowati, SPd.   2003 - 2005
b. Sarman, SPd.          2005 -sekarang
 
Setelah  tejadi pemekaran wilayah, mulai tahun 2007 SMPN 1 Takeran berubah menjadi SMPN 1 Nguntoronadi



Dam Jati,Bendungan Peninggalan Belanda


Di pinggiran daerah Magetan berbatasan dengan Madiun,Tepatnya di Desa Goranggareng Kec Nguntoronadi ada bendungan kecil atau dam.Ada yg istimewa sih tentang dam ini. Hanya banyaknya spot buat kencan yang bikin tempat ini begitu populer hingga ke wilayah seberang.
Karena dikelilingi pohon Jati, maka Dam ini dinamakan Dam Jati. Biasa, standar banget. Dan sekarang lebih banyak dikelilingi kebun tebu dari pada pohon Jati.
Dulu aku ingat ketika pertama kali Dam ini direnovasi (katanya sih dulu buatan Belanda, jadi perlu dirombak), hal pertama yang aku kagumi adalah Paku Bumi yang super besar. Sampai suara proyek renovasi Dam itu terdengar berkilometer jauhnya. 
 Dam Jati atau Bendungan Jati Adalah bendugngan tua peninggalan Belanda yang dibuat dan diresmikan pertama pada tahun 1911. Dam ini membendung Bengawan Madiun dan dialirkan untuk irigasi daerah Madiun baratdaya dan beberapa daerah di Kabupaten Ngawi.

Jumat, 25 Januari 2013

Masjid Tegalrejo, Desa Semen, Kecamatan Nguntoronadi


Penyebaran agama Islam di abad ke-19 tak bisa dilepaskan dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda di berbagai daerah. Salah satunya adalah sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya di tahun 1825-1830.
Setelah perjuangan Diponegoro berakhir, para pengikutnya melanjutkan perjuangan sambil menyebarkan agama Islam ke masyarakat yang masih kental dengan budaya dan agama Hindu Majapahit.
Para pengikut Diponegoro ini mendirikan masjid sebagai pusat pendidikan sekaligus tempat strategis menyusun perjuangan gerilya. Beberapa pengikut Diponegoro lari dan menetap di wilayah Jawa Timur yang waktu itu berada di bawah teritorial Kraton Solo, Jawa Tengah. Salah satu wilayah tersebut adalah yang kini bernama Kabupaten Magetan.
Di Magetan, terdapat masjid kuno peninggalan pengikut Diponegoro yakni masjid KH Abdurrahman yang berada di Dusun Tegalrejo, Desa Semen, Kecamatan Nguntoronadi.
Seperti namanya, masjid KH Abdurahman didirikan oleh KH Abdurrahman pada tahun 1835 Masehi. “Waktu itu setelah kalah perang melawan penjajah Belanda, para pengikut Pangeran Diponegoro ini menyebar dan mendirikan masjid yang dijadikan sebagai tempat pendidikan dan perjuangan termasuk di masjid ini,” jelas keturunan kelima KH Abdurrahman, KH Gunawan Hanafi, kepada Tempo, Kamis (26/8).
Gunawan menuturkan bahwa KH Abdurrahman merupakan keturunan keluarga Kraton Padjajaran, Jawa Barat, dan hijrah ke Pacitan, Jawa Timur, yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Kraton Solo. “Beliau itu memang berganti-ganti nama sebagai strategi perjuangan agar sulit dicari penjajah,” kata ketua ta’mir masjid setempat ini.
Sewaktu kecil hingga dewasa, KH Abdurrahman bernama Bagoes Bantjalana. Bantjalana merupakan salah satu putera dari Kyai Achmadija. Achmadija adalah saudara dari Raden Djajanoedin yang pernah menjadi Bupati Pacitan dan mendapat julukan Tumenggung Djimat.
Sewaktu muda, Bantjalana pernah berguru ke Sunan Ampel di Surabaya. Setelah mondok, dia pulang ke Pacitan dan sempat mengabdi ke Kraton Solo dan akan diberi pangkat sebagai bupati namun ditolak. Dia lebih memilih syiar agama Islam. Lalu dia menyebarluaskan agama Islam ke beberapa daerah di Madiun hingga Magetan.
Dia sempat mendirikan pesantren di Dusun Banjarsari, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun dan mendapat julukan Kyai Noer Basori. Setelah itu, ia hijrah ke gunung Lawu hingga ke Kabupaten Magetan dan menetap di sebuah dusun yang akhirnya dinamakan Tegalrejo.
Wilayah ini dikenal angker karena sebelumnya hutan yang sudah dua kali dibabat oleh warga setempat namun malah terjadi bencana. Banyak warga yang meninggal bahkan hilang. Setelah itu, Bantjalana yang waktu itu bernama Kyai Noer Basori ikut membabat hutan selama tahun 1833 hingga 1836 dan mendirikan sebuah masjid dan menetap disitu serta memiliki beberapa isteri dan anak. Waktu itu, Bupati Magetan dijabat Tumenggung Sosrodipuro.
Setelah dibabat beliau, wilayah setempat makmur dan “bersemi” kembali. Dari kata “semi” inilah akhirnya desa setempat dinamakan Desa Semen hingga sekarang.
Kyai Noer sempat berguru ke Mekah dan Madinah selama empat tahun dan mendapat ajaran Satariyah dari para sayyid di sana. Hingga kini aliran Satariyah ini dikembangkan di Tegalrejo.
“Semasa menimba ilmu di Arab, beliau pernah mengarang kitab tauhid yang diberi nama Bayanulloh (keterangan tentang Alloh) yang mengajarkan tentang ketuhanan,” jelas pria yang berusia 62 tahun ini. Kitab yang terbuat dari kulit hewan ini sampai sekarang masih utuh dan dirawat keturunannya.
Perjalanan hidup Bantjalana, Kyai Noer Basori, atau KH Abdurrahman ini tergambarkan dalam riwayat pendirian masjid dan pesantren Tegalrejo yang pernah dibukukan KH Bakin, keturunan keempat dari KH Abdurrahman, yang kemudian disusun ulang oleh Profesor M. Slamet dalam buku berbahasa Jawa.
Slamet adalah bekas santri setempat yang jadi anak angkat Kyai Iman Besari, keturunan ketiga KH Abdurrahman. Selain mengacu cerita keturunan setempat, Slamet juga mendasarkan dokumen sejarah tulisan peneliti barat dan Indonesia serta riwayat kerajaan yang waktu itu masih berbahasa Belanda, Jawa, dan Sunda kuno.
Dalam buku tersebut disebutkan, KH Abdurrahman wafat pada tanggal 6 April 1875 Masehi atau 29 Safar 1292 Hijriyah. Tidak disebutkan kapan beliau lahir dan bagaimana perjuangannya mengikuti Diponegoro.
Ada beberapa keunikan dibalik pembangunan masjid KH Abdurrahman ini. Salah satunya adalah sumur tua yang dibangun di sekitar halaman masjid. “Menurut cerita orang tua saya, dulu ketika beliau (KH Abdurrahman) berguru ke Mekah, beliau membuat raja (tulisan berkhasiat) dan diceburkan ke sumur zam-zam. Setelah pulang ke Tegalrejo, beliau membuat sumber air yang didalamnya muncul raja yang pernah beliau ceburkan ke sumur zam-zam sewaktu di Mekah,” tuturnya.
Hingga kini, sumber air yang memancar di sumur tersebut dipercaya seperti air zam-zam. Air sumur tersebut sampai sekarang dimanfaatkan orang banyak dan dipercaya bertuah. “Selain untuk kebutuhan sehari-hari, air dari sumur ini juga dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit atau gangguan jiwa yang dialami seseorang,” ucapnya.
Menurutnya, kandungan air ini pernah diteliti dokter puskesmas setempat dan terbukti memiliki kandungan mineral yang tinggi dibanding sumber air lain di wilayah sekitar. “Tanpa dimasak pun air ini sehat,” tandasnya.
Setiap hari tampak warga bergantian mengambil air dari sumur. “Saya sudah biasa menggunakannya untuk air minum atau untuk memasak,” kata Ima, gadis 15 tahun yang biasa mengambil air sumur dengan jirigen seberat lima liter ini.
Selain khasiat air, benda peninggalan yang dikagumi adalah kentongan penanda waktu salat lima waktu. Kentongan yang dinamakan “Kentongan Geger” itu sudah berusia ratusan tahun dan terbuat dari kayu nangka.
“Dulu suaranya sampai terdengar hingga puluhan kilometer karena waktu itu masih sepi. Kalau sekarang sudah ramai dan tidak sampai terdengar sejauh dulu,” ucap Ismail, salah satu keturunan KH Abdurrahman yang biasa menjadi muadzin di masjid setempat. Hingga kini, tanda kentongan tersebut jadi patokan masjid dan musala sekitar dalam menandai waktu salat lima waktu.
Arsitektur masjid ini merupakan gabungan arsitektur Jawa dan Islam, sama dengan masjid lainnya semasa itu. Bangunannya berbentuk rumah joglo yang atapnya berbentuk prisma segi empat yang biasa disebut meru. Di bagian puncak meru terdapat tonggak yang terbuat dari batu yang diukir sedemikian rupa.
“Menurut cerita, kayu untuk membangun masjid ini diambil dari hutan Kedungpanji, Magetan, dengan bantuan jin dan batu yang ada di atas meru diambil dari Sarangan, Magetan,” ungkapnya.
Bangunan dalam masjid terdiri dari ruang dalam yang jadi ruang inti untuk salat dan serambi yang biasa digunakan untuk tempat mengajar atau mengaji. Di ruang dalam masjid terdapat empat tiang kayu sono keling yang masih berdiri kokoh dan di bagian depan terdapat ruang imam salat serta mimbar yang digunakan untuk ceramah atau khutbah. Di serambi masjid juga terdapat peninggalan bedug dan kentongan yang hingga kini masih difungsikan.
Sedangkan di barat masjid terdapat komplek pemakaman almarhum KH Abdurrahman beserta keturunannya. Setiap hari terutama malam, banyak peziarah dari dalam kota maupun luar kota yang berziarah. “Kalau berziarah untuk kebaikan kami mempersilakan tapi kalau untuk kepentingan yang tidak baik atau syirik, akan kami usir,” imbuh Gunawan.
Peradaban Islam yang digagas KH Abdurrahman membuat wilayah dan masyarakat sekitar sejahtera dan makmur. “Sehingga kami sebagai keturunan beliau menyebut wilayah sini dengan Bumi Maslahat atau Bumi Kebaikan atau Bumi Kemakmuran,” ujarnya.
Seperti tradisi sebelumnya, selama bulan Ramadan, masjid keramat ini juga dipakai untuk salat tarawih dan tadarus Al Quran. Masjid ini sudah pernah direnovasi beberapa kali dan terakhir tahun 2003 dengan swadaya masyarakat. Masjid ini berdiri diatas tanah yang kini dijadikan tanah ulayat.
Di luar Ramadan, kegiatan di masjid ini juga terdapat pendidikan diniyah bagi anak-anak setiap Senin dan Kamis. Ta’mir masjid juga mengadakan pengajian rutin setahun sekali setiap Jum’at terakhir (Jum’at pungkasan) dalam bulan Sya’ban dan mengadakan salat tolak bala yang dilakukan setiap Rabu pungkasan bulan Safar dalam tahun Hijriyah.

Warga Nguntoronadi Ciptakan Listrik Dari Blimbing Wuluh



Sunarto (40), warga Desa Nguntoronadi, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, mampu menciptakan tenaga listrik dari bahan dasar larutan air belimbing wuluh.

Belimbing wuluh yang tumbuh subur di pekarangan rumahnya ia sulap menjadi zat pengurai yang mampu menghasilkan tenaga listrik alternatif di tengah keluhan warga atas naiknya tarif dasar listrik (TDL) sejak awal Juli lalu.

"Pengembangan tenaga listrik dari larutan belimbing wuluh ini berawal dari rasa prihatin atas tarif dasar listrik yang terus naik. Apalagi, masih banyak warga Indonesia di daerah pedalaman yang belum tersentuh listrik,” ujar pencipta energi listrik dari belimbing wuluh, Sunarto, Selasa (13/7/2010).

Dia menjelaskan, untuk menciptakan energi listrik tersebut, awalnya belimbing yang biasa digunakan sebagai sayuran ini dihaluskan untuk diambil airnya.

Selanjutnya, dengan menggunakan media tanah yang ditaruh dalam gelas bekas air mineral, air belimbing ini disuntikkan secukupnya.

Selanjutnya, masing-masing gelas berisi tanah bercampur sari air belimbing ini dihubungkan dengan rangkaian kawat lempengan tembaga dan seng guna mengalirkan arus listrik.

Hasilnya, energi listrik pun tercipta dengan tegangan yang lumayan, yakni hingga mencapai 5 Volt, cukup untuk menghidupkan lampu penerangan. Tegangan yang dihasilkan ini juga lebih besar dari tegangan satu buah batu baterai.

Menurut dia, energi listrik ini tercipta karena belimbing wuluh memiliki tingkat keasaman tinggi hingga dapat mengantarkan ion dan elektron yang ada pada lempengan tembaga dan seng sehingga terciptalah arus listrik.

Rata-rata, 10 butir belimbing wuluh mampu menciptakan tegangan listrik hingga mencapai 2,5 volt atau setara dengan satu buah baterai kering. Bahkan, berdasarkan pengalamannya, energi listrik dari belimbing sayur ini dapat bertahan hingga satu bulan.

Sunarto yang juga guru elektronik di salah satu SMA di Bendo, Magetan, ini berharap temuannya ini dapat terus dikembangkan untuk berbagai kebutuhan rumah tangga. Di antaranya untuk menghidupkan radio, jam dinding, hingga lampu penerangan bagi daerah pedesaan yang belum tersentuh listrik.

Hingga kini, Sunarto masih terus mengembangkan hasil temuannya. Ia ingin nantinya, setelah berkembang, energi listrik alternatif temuannya dapat dikemas dalam bentuk produk energi yang praktis layaknya baterai.
Dengan demikian, temuannya itu dapat dikembangkan sebagai salah satu energi alternatif di tengah tarif listrik yang dampaknya kian terasa berat bagi rakyat kecil.

Kecamatan Nguntoronadi, Magetan



Nguntoronadi adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan Nguntoronadi meliputi wilayah : Desa Nguntoronadi, Desa Driyorejo, Desa Gorang-Gareng, Desa Kenongomulyo, Desa Petungrejo, Desa Purworejo, Desa Sukowidi, Desa Semen, dan Desa Simbatan.

Profil Kecamatan Nguntoronadi Magetan
Kantor KECAMATAN NGUNRORONADI Kabupaten Magetan Jawa Timur berada di Desa nguntoronadi pada ketinggian 121 meter dpl pada titik koordinat 7,70461 LS dan 111,44263 BT. Luas Kecamatan Nguntoronadi Magetan adalah 16,72 Km2 atau sekitar 2,43 % dari total wilayah Kabupaten Magetan. Desa terluas di Kecamatan Nguntoronadi adalah Desa Simbatan denga luas 271 Ha dengan jarak terjauh antar desa sekitar 6 Km yaitu antara Desa Semen dengan Desa Driyorejo. 64,8 % wilayah Kecamatan Nguntoronadi adalah lahan persawahan.

BATAS BATAS WILAYAH KECAMATAN NGUNTORONADI
Sebelah Utara : Kecamatan Takeran
Sebelah Timur : Kabupaten Madiun
Sebelah Selatan : Kecamatan Lembeyan
Sebelah Barat : Kecamatan Kawedanan

PEMERINTAHAN Kecamatan Nguntoronadi terbagi menjadi ; 9 Desa
Desa Sukowidi dengan luas wilayah 1,98 Km2
Desa Semen dengan luas wilayah 1,90 Km2
Desa Gorang Gareng dengan luas wilayah 1,31 Km2
Desa Petingrejo dengan luas wilayah 1,13 Km2
Desa Nguntoronadi dengan luas wilayah 2,47 Km2
Desa Driyorejo dengan luas wilayah 1,87 Km2
Desa Sibatan dengan luas wilayah 2,71 Km2
Desa Purworejo dengan luas wilayah 1,73 Km2
Desa Kenongomulyo dengan  luas wilayah 1,62 Km2
Sundul Magetan Magetan : Dengan Blog Ingin Aku Sapa Dunia Beranda Sundul Magetan Photo Berita Wisata Sejarah Tulisanku TulisanBebas Info Desa Puisi Islami Humor Cerita Bebas Fenomenal Tips/Blog Award BannerExchange Tool SiteMap Boso Magetan Profil Kecamatan Nguntoronadi Magetan Profil Kecamatan Nguntoronadi Magetan Peta Kecamatan Nguntoronadi Magetan GEOGRAFIS KECAMATAN NGUNRORONADI Kantor Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan Jawa Timur berada di Desa nguntoronadi pada ketinggian 121 meter dpl pada titik koordinat 7,70461 LS dan 111,44263 BT. Luas Kecamatan Nguntoronadi Magetan adalah 16,72 Km2 atau sekitar 2,43 % dari total wilayah Kabupaten Magetan. Desa terluas di Kecamatan Nguntoronadi adalah Desa Simbatan denga luas 271 Ha dengan jarak terjauh antar desa sekitar 6 Km yaitu antara Desa Semen dengan Desa Driyorejo. 64,8 % wilayah Kecamatan Nguntoronadi adalah lahan persawahan. BATAS BATAS WILAYAH KECAMATAN NGUNTORONADI Sebelah Utara : Kecamatan Takeran Sebelah Timur : Kabupaten Madiun Sebelah Selatan : Kecamatan Lembeyan Sebelah Barat : Kecamatan Kawedanan PEMERINTAHAN Kecamatan Nguntoronadi terbagi menjadi ; 9 Desa Desa Sukowidi dengan luas wilayah 1,98 Km2 Desa Semen dengan luas wilayah 1,90 Km2 Desa Gorang Gareng dengan luas wilayah 1,31 Km2 Desa Petingrejo dengan luas wilayah 1,13 Km2 Desa Nguntoronadi dengan luas wilayah 2,47 Km2 Desa Driyorejo dengan luas wilayah 1,87 Km2 Desa Sibatan dengan luas wilayah 2,71 Km2 Desa Purworejo dengan luas wilayah 1,73 Km2 Desa Kenongomulyo dengan luas wilayah 1,62 Km2 28 Dusun atau Lingkungan 28 Rukun Warga 135 Rukun Tetangga Sundul Artikel Terkait Kab. Magetan Nama dan Panjang Sungai di Magetan Peta Kabupaten Magetan setelah Pemekaran Profil Kecamatan Poncol Magetan Profil Kecamatan Takeran Magetan Nama Lurah se Kecamatan Maospati Magetan Nama Lurah se Kecamatan Karangrejo Magetan Nama Lurah se Kecamatan Karas Magetan Nama Lurah se Kecamatan Bendo Magetan Desa Sundul Nama Lurah se Kecamatan Barat Magetan Nama Lurah se Kecamatan Kota Magetan Nama Lurah se Kecamatan Plaosan Magetan Profil Kecamatan Karangrejo Magetan Nama Lurah se Kecamatan Kawedanan Magetan Profil Kecamatan Maospati Magetan Profil Kecamatan Sukomoro Magetan Nama Camat Kecamatan Sukomoro Magetan Profil Kecamatan Karas Magetan Prifil Kecamatan Magetan Kota Nama Camat Kecamatan Plaosan Magetan Profil Kecamatan Kartoharjo Magetan Nama Camat Kecamatan Nguntoronadi Magetan Nama Lurah se Kecamatan Lembeyan Magetan Profil Kecamatan Kawedanan Magetan Diposkan oleh Slamet Sanyoto di Monday, January 14, 2013 Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook Reaksi: 0 Comments 3 Comments Newer Post Older Post Home Subscribe to: Post Comments (Atom) SURAT UNTUK WARGA DESA SUNDUL DI MANAPUN ANDA BERADA My Photo Slamet Sanyoto View my complete profile Persahabatan Antar Desa MAGETAN INDAH | BERITA MAGETAN DAN SEKITARNYA Ribuan Warga Berebut Tumpeng Grebeg Maulid di Kraton Solo Kabupaten Magetan Persamaan orang pacaran dengan orang gila! DESA CILEMBU Mirassantika. Sundul Langit Foto Jadul Nenek Penjual Ayam Goreng LINTAS MAGETAN 18 Kereta Kelinci Diamankan Polres Magetan KOTA MAGETAN Menjaga Budaya Gotong Royong Blog BianBiun Menjaga Budaya Kerja Bakti Tetap Ada soendoel.blogspot.com Alexa Certified Traffic Ranking for soendoel.blogspot.com Google PageRank Checker Do'a Masuk Kakus/WC اَللّهُمَّ اِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَا إِثِ. “Alloohumma innii a’uudzu bika minal khubutsi wal khobaaits. Artinya : “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari segala kejahatan dan kotoran”. Komunitas Blogger Magetan soendoel.blogspot.com Gadgets powered by Google Sobat Blogger Tukar Link Sobat SOENDOEL SOENDOEL Adis Outline Aneka Tutorial Blog | The Information Bloggers ARTIKEL PAS All of her note "DesaCilembu" Dream Of Love Dena Arta Putra Hanna Diary Hamparan Kata :Gisting Lombok Net puisi dan kuliner onlyx-45 Ranti Jilbab Rizaldi Priantama Blog Secangkir Teh Dan Sekerat Roti Tuban Kita Tips Trick Tautan Informasi Three Murni TWMBANG KENANGAN Terpaksa Di Hapus Visit Eris SOENDOEL [SEO Monitor by MyPagerank.Net] soendoel.blogspot.com/2012/03/sundul-auto-backlink.htmlgo to Magetan, Wisata ke MagetanBlog e dvper backlinks Magetan Kota Wisata LOOK AHEAD Blog e link [JadikanPinter! - Udah Pinter, Tambah Pinter!] ailyrics new counter Best Blog Pinger StatsCrop - Free website analyzer! Website Analysis, Keyword Ranking Analysis, Alexa Traffic Analysis. negeriku.info http://www.beritasaya.com/latest/ YouLikeHits.com FREE Social Promotion surfingforvisitors Soendoel Site | [tutup] free counters [Desa Sundul, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan.] Widget-Animasi Powered by Blogger.

Sumber : http://soendoel.blogspot.com/2013/01/profil-kecamatan-nguntoronadi-magetan.html
Copyright soendoel.blogspot.com

Kamis, 24 Januari 2013

Candi Dewi Sri Simbatan


Satu lagi obyek wisata yang ada di kabupaten Magetan.Obyek wisata itu adalah situs purbakala Candi Simbatan atau Arca Dewi Sri.Situs purbakala ini terletak di Desa Simbatan kecamatan Nguntoronadi kabupaten Magetan,dengan jarak +/- 17 Km ke arah timur dari kota Magetan.
Sejak tahun 1813 Arca Dewi Sri pada setiap hari Jum’at Pahing bulan Muharram akan dilaksanakan bersih desa secara rutin tiap tahunnya yang diadakan oleh warga setempat di siang harinya. Sejak tahun 1933 sampai tahun 1942, pada Arca Dewi Sri tepat pada dada kiri dan kanan mengeluarkan sumber air yang bersih, air bersih ini oleh sebagian besar warga luar magetan di percayai dapat menyembuhkan berbagai penyakit, sehingga banyak warga luar kota magetan yang mengambilnya.

Di dalam bangunan utama Candi Simbatan terdapat arca tokoh perempuan yang oleh warga sekitar di percayai sebagai sosok Dewi Sri.Dewi Sri dalam mitologi masyarakat Hindu-Jawa, dianggap sebagai tokoh perempuan yang memberikan sumber penghidupan.
Dari tahun ke tahun Candi ini sudah mengalami perbaikan,namun tidak menghilangkan keasliannya.Bagi anda yang ingin melihat Obyak Wisata Candi Simbatan, silahkan datang ke Desa Simbatan Kec Nguntoronadi Magetan.Mari kita lestarikan budaya Magetan untuk menuju Magetan Kumandang.